Hidup tak pernah lepas dari badai. Entah itu masalah finansial, relasi yang retak, kehilangan yang tiba-tiba, atau kekosongan jiwa yang tak bisa dijelaskan. Namun, di tengah semua kekacauan itu, suara lembut Tuhan datang, berkata: “Tenanglah, Aku ini.”
🌊 1. Badai Itu Nyata, Tapi Tidak Selamanya
Seperti murid-murid Yesus yang ketakutan di tengah laut bergelora (Markus 6:45–52), kita pun sering panik saat hidup tampak tak terkendali. Tapi satu hal pasti: badai bukan tanda Tuhan jauh—justru di situlah Dia mendekat.
🛶 2. Tuhan Tidak Selalu Meredakan Badai, Tapi Ia Selalu Menemani
Kadang kita berharap Tuhan mengangkat semua masalah secara ajaib. Namun, sering kali Dia memilih berjalan bersama kita di atas ombak, bukan menghapus badai itu begitu saja.
Dia hadir agar:
- Kita tidak sendirian
- Kita belajar percaya, bukan panik
- Kita mengenal siapa Dia sebenarnya
💬 3. “Tenanglah, Aku Ini” Bukan Sekadar Kata, Tapi Janji
Kalimat itu bukan cuma penghiburan, tapi pengingat identitas: “Akulah Allah yang memegang hidupmu.”
Dalam bahasa Yunani, “Ego eimi” yang dipakai Yesus berarti “Akulah Aku”—seperti yang disampaikan Tuhan kepada Musa dalam semak yang menyala. Itu bukan sekadar pengenalan, itu jaminan kehadiran yang tidak tergoyahkan.
🧘 4. Menghadapi Badai dengan Iman yang Tenang
Apa yang bisa kita lakukan ketika badai datang?
- Berhenti mencoba mengendalikan segalanya
- Berdoa, walau singkat dan sederhana
- Percaya bahwa ketenangan bukan berasal dari situasi yang membaik, tapi dari Siapa yang menyertai
Badai bisa tetap ada, tapi hatimu bisa tenang—karena kamu tahu siapa yang ada di perahumu.
🙌 Kesimpulan
Tuhan tidak janji hidup akan selalu tenang, tapi Dia janji akan selalu hadir.
Saat semuanya terasa kacau, mungkin itu waktu terbaik untuk mendengarkan suara-Nya. Ia tidak berteriak, Ia hanya berkata lembut:
“Tenanglah, Aku ini.”