You are currently viewing Apa Arti ‘Mengikut Aku’ di Zaman Sekarang?
Apa Arti 'Mengikut Aku' di Zaman Sekarang?

Apa Arti ‘Mengikut Aku’ di Zaman Sekarang?

Ketika Yesus berkata, “Ikutlah Aku”, Ia tidak hanya mengajak murid-murid-Nya untuk berjalan bersama-Nya secara fisik. Itu adalah undangan untuk meninggalkan zona nyaman, membuang ego, dan hidup dalam ketaatan radikal kepada kehendak Allah. Namun, bagaimana kita menerjemahkan panggilan ini di era digital, serba cepat, dan penuh distraksi seperti sekarang?

1. Mengikuti dengan Hati, Bukan Sekadar Simbol

Di zaman sekarang, banyak orang mengasosiasikan “mengikut” dengan media sosial—sekadar klik tombol follow. Tapi mengikut Yesus bukan hanya soal identitas Kristen di bio Instagram, melainkan hidup yang mencerminkan kasih, pengampunan, dan kebenaran. Ini soal sikap hati, bukan tampilan luar.

2. Mengikut dalam Keputusan Sehari-hari

Mengikuti Yesus berarti menjadikan-Nya pusat dari setiap keputusan—baik saat memilih pekerjaan, merespons konflik, hingga menggunakan uang dan waktu. Ini bukan hanya tentang berdoa sebelum makan, tapi bagaimana kita memperlakukan sesama dan memilih integritas di tempat kerja meski tidak ada yang melihat.

3. Mengikut dalam Dunia yang Terbagi

Di dunia yang semakin terpolarisasi, mengikut Kristus berarti menjadi pembawa damai, bukan memperkeruh konflik. Itu berarti memilih untuk tidak membalas kebencian dengan kebencian, menyuarakan keadilan tanpa kehilangan kasih, dan berdiri bagi yang tertindas tanpa harus kehilangan arah rohani.

4. Mengikut dengan Komitmen yang Konsisten

Bukan rahasia lagi bahwa zaman sekarang penuh dengan distraksi. Notifikasi, kesibukan, dan budaya instan membuat kita sulit fokus. Mengikut Yesus berarti memberi ruang untuk disiplin rohani—waktu doa pribadi, membaca firman Tuhan, beribadah, dan bertumbuh dalam komunitas iman, meski tidak selalu terasa “praktis” atau instan hasilnya.

5. Mengikut dengan Identitas yang Teguh

Di tengah tekanan untuk membentuk identitas dari popularitas, performa, atau opini publik, pengikut Kristus menemukan jati diri mereka dalam siapa Yesus dan apa yang telah Dia lakukan. “Mengikut Aku” berarti menyerahkan definisi diri kepada Tuhan, bukan kepada algoritma atau tren sosial.


Kesimpulan:

“Ikutlah Aku” adalah undangan yang tetap relevan, bahkan semakin penting hari ini. Ini bukan ajakan untuk jadi sempurna, tapi untuk rela dibentuk. Bukan soal menjadi religius, tapi relasional—hidup dekat dengan Tuhan dan berdampak bagi dunia.

Leave a Reply