Ada masa-masa dalam kehidupan rohani di mana doa terasa… sunyi. Tidak ada jawaban. Tidak ada kehadiran yang terasa. Hanya hening. Mungkin kamu sudah berdoa berulang kali, menangis dalam kesendirian, berharap pada mujizat—tapi langit tetap tampak tertutup.
Namun, kesunyian bukan berarti Tuhan absen.
1. Tetap Datang kepada-Nya
Kesetiaan dalam doa bukan tentang hasil instan, tetapi tentang membangun hubungan. Seperti dalam persahabatan sejati—kadang kita duduk bersama tanpa banyak kata, tapi tetap merasa dekat. Doa juga begitu. Hadir saja dulu. Duduk saja dulu. Tuhan lebih melihat hati yang bertahan daripada kata-kata yang fasih.
2. Periksa Motif dan Hati
Kadang sunyi adalah cermin. Tuhan membiarkan kita berhenti sejenak, supaya kita bisa melihat apa yang benar-benar kita cari. Apakah kita mencari Tuhan, atau hanya jawaban dari-Nya? Apakah doa kita masih menyembah, atau sekadar meminta?
3. Ingat Janji-Nya, Bukan Perasaanmu
Perasaan kita naik turun. Tapi janji Tuhan tetap. Dia berkata, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5). Walau kamu tidak merasakan apa-apa, Tuhan tetap dekat.
4. Biarkan Firman-Nya yang Bicara
Kalau doa terasa hening, buka Alkitab. Tuhan mungkin ingin kamu mendengarkan-Nya lewat firman tertulis, bukan perasaan. Mazmur, kitab Ayub, atau kitab Ratapan bisa jadi tempat berlabuh bagi jiwa yang bergumul.
5. Jangan Menutup Diri dari Komunitas
Tuhan sering bicara lewat orang lain. Saat kamu merasa sendirian, dekati komunitas yang bisa berdoa bersama dan menguatkanmu. Doa bersama bisa menghidupkan kembali iman yang sedang lemah.
Penutup
Doa yang terasa sunyi bukan akhir. Itu adalah undangan untuk mengenal Tuhan lebih dalam—bukan sebagai Pemberi jawaban, tapi sebagai Pribadi yang hadir dalam keheningan. Kadang, justru dalam kesunyian itulah, Tuhan bekerja paling dalam.
